Bannner
Banner MAN4 Blog Kompetisi

Lidahmu Adalah Pedangmu

11.41 Posted In , Edit This 0 Comments »



Ini adalah sebuah kisah tentang pentingnya tutur kata yang baik dalam hidup. Cerita ini aku ambil dari kisah seorang temanku yang mempunyai karakter berbicara dengan tanpa memikirkan dampaknya.
Sebut saja namanya Rita, dia adalah anak pertama dari tiga bersaudara. Dalam kesehardiannya dia terkenal dengan orang yang berkata dengan semaunya dan sombong terhadap apa yang dia miliki. Dalam pergaulannya dia memiliki banyak teman, yaitu tepatnya teman yang sabar terhadap sikapnya. Jika dia sudah berbicara, maka teman-teman yang mendengarkannya akan diam dan berbicara dalam hati dengan ucapan “Sabar-sabar”.
Pada awalnya teman-temannya masih cukup memahami sikap temannya yang satu ini dengan menjaga perasaannya untuk menyabarkan hati ketika berhadapan dengannya. Tutur katanya yang selalu bersifat “pedas dan Pahit” membuat banyak teman-temannya yang sakit hati dan berselisih paham setiap berbicara dengannya. Akan tetapi yang mengherankan adalah dia tidak pernah sadar dengan apa yang dia lakukan dan katakan.
Akhirnya pada suatu hari ayahnya memberi dia sekantung penuh paku, dan menyuruh memaku satu batang paku di pagar pekarangan rumah setiap kali dia kehilangan kendali dan berselisih paham dengan orang lain.
Hari pertama dia memaku 37 batang di pagar. Pada minggu-minggu berikutnya dia belajar untuk menahan diri, dan jumlah paku yang dipakainya berkurang dari hari ke hari. Dia mendapatkan bahwa lebih gampang menahan diri daripada memaku di pagar.
Akhirnya tiba hari ketika dia tidak perlu lagi memaku sebatang paku pun dan dengan gembira disampaikannya hal itu kepada ayahnya. Ayahnya kemudian menyuruhnya mencabut sebatang paku dari pagar setiap hari bila dia berhasil menahan diri atau bersabar. Hari-hari berlalu dan akhirnya tiba harinya dia bisa menyampaikan kepada ayahnya bahwa semua paku sudah tercabut semua dari pagar.
Lalu ayahnya membawa anaknya ke pagar dan berkata: ”Anakku, kamu sudah berlaku baik, tetapi coba lihat betapa banyak lubang yang ada di pagar.” Pagar ini tidak akan kembali seperti semula. Kalau kamu berselisih paham atau bertengkar dengan orang lain, hal itu selalu meninggalkan luka seperti pada pagar.
Kau bisa menusukkan pisau di punggung orang lain dan mencabutnya kembali, tetapi akan meninggalkan luka. Tak peduli berapa kali kau meminta maaf atau menyesal, lukanya tinggal. Luka melalui ucapan sama perihnya seperti luka fisik.
Maka semenjak kejadian itu, rita mulai mengakui kesalahannya kepada teman-temannya dan semenjak kejadian itu rita mengalami perubahan besar dalam hidupnya dan semua teman-temannya senang bergaul dengannya.
Kawan, ingatlah bahwa sahabat adalah perhiasan yang langka. Mereka membuatmu tertawa dan memberimu semangat. Mereka bersedia mendengarkan jika itu kau perlukan, mereka mendukung dan membuka hatimu. Maka, tunjukkanlah kepada teman-temanmu betapa kau bahagia dapat mengenalnya mereka.
Berilah kepada orang lebih dari yang mereka harapkan, dan lakukan secara bijaksana. Jangan adili orang lain, tetapi adili dirimu secara kritis. Hargai dirimu, hargai orang lain dan bertanggung jawablah atas tindakanmu. Jangan biarkan selisih paham merusak indahnya persahabatan.


Artikel Terkait:

0 komentar:

Posting Komentar